KONTAN.CO.ID -
-
Soekarno-Mohammad Hatta (1945—1966)
Tantangan Utama
Inflasi sempat mencapai lebih dari 1.000% per tahun, dan defisit anggaran sangat besar, melebihi 20% dari PDB. Pemerintah masih sangat tergantung pada bantuan luar negeri dan sulit membangun industri serta pertanian karena minim modal serta infrastruktur. Di sisi lain, ketidakstabilan politik dan konflik sosial juga tinggi.
Capaian Utama
Mulai membangun infrastruktur dasar seperti jalan raya, pelabuhan, bandara, dan pembangkit listrik. Akses pendidikan diperluas, terutama di daerah perdesaan. Menjalankan program redistribusi tanah untuk petani miskin sebagai bagian dari reformasi agraria. Nasionalisasi perusahaan asing menjadi dasar pembentukan BUMN strategis.
-
Soeharto (1966—1998)
Tantangan Utama
Pertumbuhan ekonomi tinggi, namun sangat bergantung pada investasi dan utang luar negeri. Ketimpangan cukup tinggi karena pembangunan lebih terpusat di Jawa dan kota-kota besar. Kebebasan berpendapat dan media massa sangat dibatasi. Praktik KKN merajalela sehingga menciptakan ketidakpercayaan publik kepada pemerintah.
Capaian Utama
Pertumbuhan ekonomi mencapai rata-rata 7% pada masa keemasan Orde Baru, didukung pembangunan infrastruktur yang masif dan modernisasi sektor pertanian. Program SD Inpres dan pembangunan puskesmas di berbagai daerah memperluas akses kesehatan dan pendidikan. Angka kemiskinan berhasil diturunkan dari sekitar 60% di awal Orde Baru ke bawah 20% di tahun 1980-an.
-
BJ Habibie (1998—1999)
Tantangan Utama
Nilai tukar rupiah anjlok dari sekitar Rp2.400/USD menjadi lebih dari Rp16.000/USD. Inflasi pun melonjak tajam.Banyak bank kolaps akibat kredit macet dan tidak bisa membayar utang luar negeri. Ketidakpastian politik juga membuat banyak investor asing dan domestik menarik modal, mengakibatkan IHSG anjlok dan kapitalisasi pasar menyusut drastis.
Capaian Utama
Menekan inflasi dari 77,6% ke sekitar 2%. Pertumbuhan ekonomi membaik dari -13% menjadi 0,8%. Menyelamatkan sektor perbankan melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Menerbitkan UU No.22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah dan UU No.23 Tahun 1999 yang mengatur Bank Indonesia sebagai lembaga independen.
-
Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri (1999—2001)
Tantangan Utama
Koalisi yang rapuh di parlemen menyebabkan ketidakstabilan politik. Di sisi lain, ekonomi Indonesia belum pulih pasca-krisis moneter 1998. Ketidakstabilan politik dalam negeri menghambat investasi dan stabilitas pasar. Arah kebijakan Gus Dur juga sering tidak konsisten, membuatnya sulit dijalankan secara efektif.
Capaian Utama
Restrukturisasi internal dan efisiensi menjadi strategi utama untuk menyelamatkan BUMN sehingga berhasil menghemat APBN dan memperkuat cadangan devisa tanpa menambah utang luar negeri. Berhasil menurunkan ketimpangan seiring dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi.
-
Megawati Soekarnoputri-Hamzah Haz (2001—2004)
Tantangan Utama
Mewarisi defisit anggaran dan beban utang luar negeri yang besar akibat krisis 1997-1998. Kepercayaan investor asing dan domestik masih rendah akibat ketidakstabilan politik dan hukum pasca-reformasi.Publik meragukan efektivitas pemerintahan dalam menegakkan hukum dan menyelesaikan pelanggaran HAM masa lalu.
Capaian Utama
Ekonomi Indonesia mulai menunjukkan tanda pemulihan setelah krisis moneter 1998, tumbuh stabil di kisaran 4—5% per tahun. Mempersiapkan pemilu langsung pertama di Indonesia untuk memilih presiden dan wakil presiden. Sebelumnya, presiden dipilih oleh MPR.
-
Susilo Bambang Yudhoyono – Jusuf Kalla (2004—2009)
Tantangan Utama
Beban subsidi BBM membengkak karena lonjakan harga minyak dunia pada 2005 dan 2008. Ketimpangan pembangunan antara Jawa dan luar Jawa, terutama kawasan timur Indonesia. Krisis finansial global tahun 2008 berdampak pada penurunan ekspor, investasi asing, pelemahan rupiah, dan tekanan terhadap pasar modal.
Capaian Utama
Pertumbuhan ekonomi stabil, di kisaran 5-6% per tahun. Berhasil menurunkan rasio utang terhadap PDB dari sekitar 60% menjadi di bawah 40%. Defisit anggaran dijaga rendah, sempat di bawah 1% dari PDB. Cadangan devisa meningkat signifikan, dari sekitar US$36 miliar pada 2004 menjadi lebih dari US$ 66 miliar pada akhir 2009.
-
Susilo Bambang Yudhoyono – Boediono (2009—2014)
Tantangan Utama
Ekonomi Indonesia masih sangat bergantung pada ekspor komoditas mentah seperti batubara, kelapa sawit, dan mineral. Praktik korupsi masih merajalela di berbagai level pemerintahan, meskipun KPK aktif melakukan penindakan. Keterbatasan infrastruktur transportasi, energi, dan logistik menghambat konektivitas antarwilayah dan daya saing nasional.
Capaian Utama
Sejumlah program sosial seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), Program Keluarga Harapan, Jamkesmas, dan Bantuan Operasional Sekolah diperluas cakupannya dan dilanjutkan. Diversifikasi energi melalui pengembangan biofuel dan energi terbarukan. Pengembangan Tol Trans-Jawa dan Tol Trans-Sumatera untuk meningkatkan konektivitas.
-
Joko Widodo-Jusuf Kalla (2014—2019)
Tantangan Utama
Pembangunan infrastruktur masif dilakukan, namun pemanfaatannya belum merata, terutama di kawasan Indonesia Timur seperti Maluku dan Papua. Ketergantungan tinggi terhadap impor pangan, energi, dan bahan baku industri. Iklim investasi masih terhambat oleh birokrasi, regulasi tumpang tindih, dan kepastian hukum yang lemah.
Capaian Utama
Proyek Strategis Nasional (PSN) membangun infrastruktur seperti tol, pelabuhan, bandara, bendungan, dan jalur kereta api di seluruh Indonesia. Menerbitkan 16 Paket Kebijakan Ekonomi untuk menyederhanakan regulasi dan mempercepat perizinan usaha. Melarang ekspor bahan mentah mineral dan pembangunan smelter untuk mendorong hilirisasi.
-
Joko Widodo-Ma’ruf Amin (2019—2024)
Tantangan Utama
Pandemi COVID-19 mengganggu seluruh agenda pembangunan, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi.Rasio utang terhadap PDB naik dari sekitar 30% menjadi lebih dari 40% sebagai dampak program Pemulihan Ekonomi Nasional. Ketidakpastian global akibat pandemi dan perang Rusia-Ukraina memicu inflasi dan pelemahan rupiah.
Capaian Utama
Pemerintah memperluas dan memperkuat program bantuan sosial, terutama saat pandemi COVID-19.Percepatan digitalisasi melalui transformasi layanan publik, e-commerce, dan perbankan digital sehingga memunculkan ekosistem ekonomi digital yang inklusif. Menerbitkan UU Cipta Kerja untuk meningkatkan iklim investasi dan penciptaan lapangan kerja.
-
Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming (2024—saat ini)
Tantangan Utama
Ketergantungan impor terhadap bahan pangan masih tinggi. Mayoritas penduduk usia produktif sebagai bonus demografi, dapat menjadi beban jika tidak dikelola. Sejumlah program ambisius pemerintah menekan anggaran.Transisi ke energi hijau menghadapi kendala teknologi, investasi, dan regulasi.Geopolitik global memengaruhi pasokan energi dan pangan.
Capaian Utama
Cadangan beras nasional mencapai 4,2 juta ton, tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.Program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah menjangkau lebih dari 20 juta penerima manfaat pada pertengahan Agustus 2025. Layanan Cek Kesehatan Gratis telah dimanfaatkan oleh lebih dari 8 juta warga pada pertengahan Juni 2025. Pembentukan 80.081 kelembagaan Koperasi Desa Merah Putih sebagai bagian dari penguatan ekonomi lokal.
Selanjutnya: Data E-Wallet Hingga Kripto Bakal Masuk Laporan Pertukaran Informasi Pajak
Menarik Dibaca: Hari Terakhir Promo KFC Merah Putih Bucket for All, 9 Ayam Goreng Cuma Rp 80.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Editor: Indah Sulistyorini