KONTAN.CO.ID - Prof. Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H, (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), dan Abdul Khakim, M.I.Kom, (mahasiswa S3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Bank Dunia sebagai lembaga internasional memiliki misi untuk mengurangi kemiskinan global dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Hari Bank Dunia (World Bank Day) yang diperingati setiap tanggal 1 April menjadi momentum positif untuk menggali bagaimana Bank Dunia bekerja sama dengan lembaga-lembaga filantropi Islam. Salah satunya tujuannya adalah terhimpun dan tersalurkannya zakat secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan serta memberdayakan masyarakat miskin hingga level global.
Isu ini penting menjadi perhatian karena meskipun Bank Dunia berfokus pada pengentasan kemiskinan, namun dampaknya bisa kontraproduktif seperti terjadinya ketimpangan sosial (social inequality) jika program yang dijalankan tidak tepat sasaran. Salah satu celah (gap) terbesar adalah selama ini belum adanya integrasi antara Bank Dunia dengan lembaga filantropi Islam dalam mengoptimalkan peran keuangan mikro. Relasi positif ini sangat mungkin terwujud lantaran keuangan mikro memiliki fungsi sebagai instrumen pemberdayaan ekonomi, sementara zakat berperan besar dalam redistribusi kekayaan.
Masalahnya adalah bagaimana kedua instrumen ini dapat bekerja sama secara sinergis untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat miskin belum banyak dibahas atau diketahui publik. Di sisi lain kemiskinan seringkali bersifat multidimensional termasuk menembus pada akses pendidikan, kesehatan, perumahan, dan lain sebagainya.
Keadilan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial
Keadilan ekonomi dan kesejahteraan sosial merupakan adalah dua hal yang memiliki kekuatan erat, bahkan menjadi pilar utama dalam pembangunan sosial-ekonomi yang seimbang. Sayang seringkali keadilan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan dilihat sebagai dua hal yang terpisah. Kebijakan pembangunan global mengabaikan peran zakat, padahal beberapa negara dengan populasi muslim besar telah memiliki sistem zakat yang mapan.
Zakat memiliki fungsi strategis karena bisa menjadi sarana redistribusi kekayaan dari orang kaya kepada yang lebih membutuhkan. Hal ini sejalan dengan tujuan Bank Dunia, di mana fokusnya penciptaan sistem ekonomi yang adil dan merata. Di sini zakat jelas bisa dilihat sebagai bentuk kontribusi individu secara nyata untuk mengurangi kesenjangan sosial yang hakikatnya juga menjadi perhatian Bank Dunia.
Masalah lain yang menjadi tantangan adalah seringkali keuangan mikro dan filantropi Islam masih dianggap sebagai dua entitas terpisah. Padahal, keduanya memiliki potensi untuk saling mendukung dalam pemberdayaan ekonomi. Keuangan mikro dapat memberi akses pembiayaan kepada usaha kecil, sedangkan filantropi Islam adalah instrumen redistribusi kekayaan.
Bank Dunia pun sering terlibat dalam program keuangan mikro yang memberikan akses kepada masyarakat miskin untuk mendapatkan pembiayaan guna meningkatkan kualitas hidup mereka. Zakat, dalam konteks ini, bisa dilihat sebagai salah satu instrumen yang mendukung keuangan mikro dalam bentuk pemberian modal kepada mustahik (penerima zakat). Peran ini strategis karena mampu membantu mereka untuk memulai usaha kecil.
Berpijak pada realitas di atas, pembangunan berkelanjutan yang berfokus pada memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang harus dipadukan dengan peningkatan kesejahteraan sosial. Cakupannya meliputi kualitas hidup, kesehatan, pendidikan, dan pengurangan kemiskinan.
Dalam banyak program yang menjadi perhatian utama oleh Bank Dunia, terdapat pembangunan berkelanjutan. Model pembangunan ini tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi tetapi juga menekankan pada kesejahteraan sosial. Di sini, zakat dapat mendukung tujuan mulia bersama ini dengan cara memberikan bantuan langsung kepada yang membutuhkan, serta membantu dalam pembangunan kapasitas ekonomi masyarakat.
Peningkatan akses terhadap pendidikan dan kesehatan merupakan topik yang sangat penting dalam konteks pembangunan global. Maka, akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan yang berkualitas adalah hak dasar setiap individu dan merupakan pilar utama dalam memperbaiki kualitas hidup dan menciptakan masyarakat yang lebih adil. Bank Dunia memiliki program yang bertujuan meningkatkan akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan. Sementara zakat dapat berperan dalam mendukung sektor ini dengan menyediakan dana untuk pendidikan anak-anak kurang mampu, atau membiayai perawatan kesehatan bagi mereka yang masih kekurangan.
Peringatan Hari Bank Dunia tahun 2025 ini menjadi momentum tepat untuk meningkatkan kolaborasi antara sektor publik, lembaga internasional, dan sektor sosial dalam mengatasi permasalahan kemiskinan. Zakat sebagai bagian dari sektor sosial, sangat memungkinkan sekali diintegrasikan dalam berbagai program pembangunan yang didorong oleh Bank Dunia.
Pacu Kesadaran Filantropi Global
Filantropi global memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran tentang berbagai isu sosial dan kemanusiaan di seluruh dunia. Filantropi global di sini merujuk sebagai bentuk bantuan dari individu, organisasi atau lembaga yang berkomitmen untuk memecahkan masalah-masalah global, seperti kemiskinan, perubahan iklim, ketidaksetaraan, kesehatan, dan pendidikan.
Hari Bank Dunia ini bisa menjadi kesempatan untuk meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya filantropi Islam, sebagai bagian dari solusi untuk masalah global seperti kemiskinan dan ketidaksetaraan melalui redistribusi kekayaan dari orang-orang kaya. Teknisnya Bank Dunia mengajak negara-negara untuk lebih aktif dalam kolaborasi internasional, sedang zakat bisa menjadi salah satu instrumen filantropi yang berperan dalam upaya ini.
Dengan mempertimbangkan poin-poin di atas, peringatan Hari Bank Dunia Tahun 2025 dapat menjadi momentum yang baik untuk merenungkan peran zakat dalam mendukung tujuan pembangunan global dan pengentasan kemiskinan. Lebih dari itu, selanjutnya ada pemahaman yang lebih komprehensif bagi publik akan pentingnya Bank Dunia dalam merancang dan mengimplementasikan program-programnya. Tentu programnya yang lebih efisien dan berkelanjutan dalam rangka memerangi ketimpangan ekonomi. Semoga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Editor: Ridwal Prima Gozal