kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%
NATIVE /

Tujuh Pilar Optimisasi Biaya untuk Merevitalisasi Industri Migas Indonesia


Jumat, 23 Juli 2021 / 17:30 WIB
Tujuh Pilar Optimisasi Biaya untuk Merevitalisasi Industri Migas Indonesia
ILUSTRASI. Kontan - SKK Migas Native Online

KONTAN.CO.ID - Henricus Herwin, Eko Yudhi Purwanto, IATMI Kebutuhan energi nasional diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan populasi penduduk. Sementara itu, produksi minyak nasional menunjukkan tren penurunan pada sepuluh tahun terakhir, menurun dari 970 ribu barel minyak per hari di tahun 2010 menjadi sekitar 700 ribu barel minyak per hari di tahun 2020. Penurunan ini terutama disebabkan oleh produksi yang mayoritas berasal dari lapangan-lapangan yang sudah menua, yang setelah dieksploitasi selama puluhan tahun, produksinya mengalami penurunan secara alamiah. Hal ini ditambah dengan penurunan harga minyak pada tahun 2014 sebagai akibat dari oversupply komoditas minyak bumi di tingkat global, sehingga investasi dalam bentuk eksplorasi dan eksploitasi migas juga berkurang.

Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah Indonesia mencanangkan target produksi nasional sebesar 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada tahun 2030. Beberapa strategi telah diidentifikasi untuk memenuhi target tersebut; menahan penurunan produksi dari lapangan-lapangan yang sudah ada, akselerasi pengembangan lapangan, implementasi teknologi enhanced oil recovery (EOR), dan eksplorasi untuk menemukan lapangan migas baru.

Salah satu kunci untuk mempertahankan keberlangsungan operasi lapangan-lapangan yang sudah menua adalah optimisasi biaya. Berkurangnya pendapatan yang disebabkan oleh penurunan produksi perlu dikompensasi dengan penurunan biaya agar lapangan-lapangan tersebut tetap dapat beroperasi secara ekonomis sehingga dapat mendanai investasi tambahan guna meningkatkan produksi. Hal yang terlihat cukup sederhana ini ternyata memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi dimana terdapat paradoks antara menurunnya produksi dan pendapatan dengan meningkatnya kebutuhan operasional untuk menjaga fasilitas produksi yang sudah menua agar dapat dioperasikan secara optimal dan memenuhi standar keselamatan yang berlaku. Ibarat manusia, semakin berumur maka dibutuhkan usaha ekstra untuk menjaga kebugaran, seperti pelaksanaan medical check-up yang lebih rutin dan menyeluruh, konsumsi makanan yang lebih sehat dan jika perlu, ditambah pula dengan konsumsi suplemen.

Berdasarkan pengalaman salah satu blok migas besar di Indonesia, disarikan tujuh pilar yang menjadi resep sukses pelaksanaan program optimisasi biaya, yaitu peningkatan akurasi budget, inovasi teknis dan standarisasi desain, perubahan filosofi kerja, optimisasi operasional, optimisasi supply-chain, kerja sama antar perusahaan dan renegosiasi kontrak, serta organisasi yang adaptif. Dengan ditopang oleh digitalisasi, tujuh pilar tersebut dapat menjadi jawaban untuk mengendalikan kenaikan biaya operasional di lapangan-lapangan migas Indonesia.

Peningkatan akurasi budget dapat dilakukan melalui pengurangan porsi biaya tak terduga pada saat penyusunan rencana biaya. Pilar ini harus dibangun dengan landasan analisa teknis yang mendalam, serta perencanaan kerja yang matang, sehingga pengeluaran tak terduga dapat diminimalkan pada saat sebuah proyek dieksekusi. Dengan terbangunnya pilar ini, dana yang dimiliki dapat dimaksimalkan untuk program kerja yang lebih agresif.

Minyak diproduksikan berkat adanya tekanan yang mendorongnya dari perut bumi ke permukaan. Pada umumnya, besarnya tekanan akan menurun seiring dengan semakin menuanya sebuah lapangan migas. Penurunan tekanan tersebut, serta semakin pendeknya usia produktif sumur di lapangan-lapangan yang sudah menua, menjadi peluang bagi perusahaan untuk melakukan inovasi teknis berupa pembuatan desain konstruksi yang lebih ringan, sederhana, efisien, dan tepat guna. Standarisasi desain juga dapat dilakukan untuk menyederhanakan variasi jenis peralatan sehingga volume pembelian tiap jenis peralatan menjadi lebih besar yang akan memberikan dampak positif dari economies of scale.

Terobosan juga perlu dilakukan untuk mengubah filosofi dan cara kerja lama yang sudah tidak optimal. Integrasi zona operasi antar divisi yang berbeda dapat dilakukan untuk meningkatkan sinergi dan mengoptimalkan pemakaian sarana secara bersama. Pembentukan zonasi atau pooling dari unit operasi (seperti rig pemboran, supply boat, barge, dan sebagainya) juga dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi mobilisasi unit yang akan memberikan dampak positif pada penurunan konsumsi bahan bakar. Penggunaan tenaga surya menggantikan bahan bakar konvensional untuk mengoperasikan instalasi produksi juga merupakan terobosan yang dapat dilakukan untuk menghasilkan optimisasi biaya. 

Optimisasi operasional, terutama yang berkaitan dengan kegiatan perawatan fasilitas produksi, merupakan hal penting yang perlu dilakukan secara kontinyu untuk mengendalikan kenaikan biaya operasional perusahaan. Sebagai contoh, untuk fasilitas produksi tertentu, jadwal perawatan dapat dialihkan dari time-based (misalnya rutin setahun sekali) menjadi risk-based berdasarkan analisa parameter yang lebih detail. Dengan memanfaatkan banyaknya data yang tersedia, dan didukung dengan perkembangan teknologi komputasi saat ini, big data analysis dapat diterapkan untuk membangun jadwal maintenance yang bersifat predictive sehingga jumlah pekerjaan dan stok peralatan dapat diantisipasi dan dikelola secara lebih optimal.

Di tengah situasi bisnis yang menantang saat ini, renegosiasi kontrak perlu untuk terus dilakukan dengan penekanan untuk mencari solusi yang saling menguntungkan bagi seluruh stakeholder yang terlibat, termasuk perusahaan migas dan vendor. Dengan margin keuntungan yang semakin menipis, pelaksanaan pekerjaan dengan volume besar perlu untuk diupayakan agar kesehatan keuangan, serta keberlanjutan operasi dan bisnis perusahaan migas dan vendor tetap terjaga. Kerja sama, kolaborasi, sinergi dan integrasi perencanaan proyek antar perusahaan di tingkat regional merupakan hal mutlak yang diperlukan agar dapat menciptakan volume pekerjaan yang besar dan terintegrasi. Melalui sinergi di tingkat regional ini pula dapat diupayakan penggunaan sharing facilities (seperti warehouse, sarana transportasi, infrastruktur IT, dan sebagainya) sehingga biaya pemakaiannya menjadi lebih optimal.

Pilar yang terakhir, namun cukup krusial, adalah kemampuan organisasi dalam merespon dinamika bisnis yang sedang dan akan terjadi. Awareness terhadap cost effectiveness perlu ditumbuhkan dan dikembangkan pada benak setiap orang di semua lini perusahaan, mulai dari pekerja hingga top level management. Kampanye dan sosialisasi cost effectiveness secara berkesinambungan akan sangat membantu untuk menjadikan optimisasi biaya tidak hanya sebagai sebuah program, melainkan menjadi budaya baru di perusahaan. Peningkatan kapabilitas pekerja dan dibarengi dengan penerapan digitalisasi di berbagai aspek juga merupakan elemen penting untuk dapat menciptakan organisasi yang adaptif, yang mampu menjawab tantangan operasi dan biaya yang kian hari semakin kompleks.

Tujuh pilar optimisasi biaya ini telah terbukti memberikan hasil positif, dimana penerapannya di salah satu blok migas besar di Indonesia berhasil menekan biaya operasional hingga 20% per tahun di tahun 2019 dan 2020. Penghematan biaya tersebut lalu menjadi tambahan dana untuk melakukan investasi pengembangan lapangan untuk meningkatkan produksi. Dengan dukungan seluruh stakeholder (perusahaan migas, vendor, kontraktor, serta pemerintah yang diwakili oleh SKK Migas dan ESDM), keberhasilan tersebut perlu diterapkan pada skala yang lebih luas demi mendukung target produksi sebesar 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari, serta turut mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

*Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Reporter: Native Team
Editor: Ridwal Prima Gozal

TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

×